Kajian Model Jalan Lingkungan di Kabupaten Bekasi
Keywords:
tanah dasar, tanah ekspansif, tanah buatan,jalan rusakAbstract
Tanah dasar (subgrade) yang ekspansif menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan, sehingga perkerasan yang terletak pada tanah dasar ekspansif ini sering membutuhkan biaya pemeliharaan dan rehabilitasi yang besar sebelum perkerasan jalan mencapai umur rancangannya. Tanah ekspansif (exspansive soil) adalah tanah atau batuan yang mempunyai potensi penyusutan atau pengembangan oleh pengaruh perubahan kadar air. Rusaknya perkerasan jalan yang berada di atas tanah dasar ekspansif adalah karena perkerasan merupakan struktur yang ringan dan sifat bangunannya meluas.Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Pada umumnya salah satu persoalan menyangkut tanah dasar yaitu sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air. Tanah yang dapat mengalami perubahan volume akibat perubahan kadar air di dalam tanah disebut tanah ekspansif. Tebal lapis penopang dalam kajian ini tidak mengikat karena tidak ada pengujian nilai CBR tanah dasar sehingga untuk asumsi digunakan kondisi terburuk. Apabila hendak menggunakan lapis penopang sebaiknya dilakukan pengujian untuk mengetahui besarnya nilai CBR tanah dasar, karena bisa saja nilai CBR tanah dasar untuk setiap wilayah tidak sama sehingga desain tebal lapis penopangnya pun akan berbeda. Nilai lapis penopang berbanding terbalik dengan nilai CBR tanah dasar, untuk itu semakin besar nilai CBR tanah dasarnya maka tebal lapis penopang akan semakin tipis. Untuk tanah lunak dengan lapis penopang diperoleh tebal pelat beton 160 mm untuk akses terbatas hanya mobil penumpang dan motor, tebal pelat beton 180 mm untuk jalan lingkungan yang dapat diakses oleh truk. Sementara untuk tanah dasar yang tidak menggunakan lapis penopang diperoleh tebal pelat beton 175 mm untuk jalan yang hanya bisa dilalui mobil dan motor, 200 mm untuk jalan yang dapat diakses oleh truk